Minggu, 19 Desember 2010

KISAH IBU BERMATA SATU

Wajar jika posisi ibu begitu tinggi dan mulia. Hingga taat padanya berada pada urutan ketiga setelah Allah dan Rasul-Nya. Itu lantaran kasih sayang dan pengorbanan sang ibu kadang jauh di luar nalar manusia. Walau harus dibayar dengan selembar nyawanya. Yah, kasih sayang itulah yang kemudian mengubah kita menjadi seorang manusia berguna. Olehnya, tidak heran jika Rasulullah Shallahu 'alaihi wasallam memberi kemuliaan bagi ibu itu tiga kali lipat ketimbang bapak. Seorang bertanya kepada Nabi, kepada siapa aku harus berbakti?, beliau menjawab, "ibumu, ibumu, ibumu, kemudian bapakmu… ".

Kisah-kisah heroik tentang kasih sayang seorang ibu begitu banyak berserakan dalam lipatan sejarah. Keluh lisan para pujangga mendendangkan syair-syair kasih ibu. Pernah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam didatangi seorang ibu miskin beserta dua orang putrinya. Masing-masing oleh Nabi diberi sebiji kurma. Layaknya anak-anak lainnya, kurma itu langsung dilahap oleh keduanya. Setelah itu, tatapan mereka tertuju pada satu arah. Kurma yang berada di tangan sang ibu. Menyaksikan tatapan kedua putrinya itu, ia tersenyum. Membelahnya menjadi dua bagian, lalu memberikan pada kedua putrinya. Padahal ia sangat lapar dan butuh. Sampai-sampai Rasulullah terharu. Lalu menyuruh memberikan kurma yang lain padanya…Masih banyak lagi. Termasuk kisah nyata ini. Kisah seorang ibu bermata satu. Semoga menjadi inspirasi bagi kita. Agar terus bersyukur atas nikmat keberadaan orang tua di sisi kita. Sebab ia akan disadari tatkala keduanya telah tiada..


***
Ibuku seorang wanita bermata satu. Entahlah, kadang dalam hati aku berontak dan protes. Mengapa Tuhan memberiku seorang ibu bermata satu. Tidak seperti teman-temanku. Ibu mereka begitu anggun dengan mata jelita. Lama kelamaan, aku begitu benci padanya. Karenanya hidupku dihimpit rasa malu dan cibiran teman-teman. Apalagi, ibuku hanya seorang tukang masak di sekolah tempat aku belajar. Memang sejak dulu aku tidak mengenal ayahku. Aku pun tidak tahu sebab musababnya. Ia dipanggil Sang Khalik saat aku masih kecil sekali. Jadi untuk menghidupiku, ibu harus bekerja sebagai tukang masak. Hmm, tukang masak yang sangat membuatku minder dan malu terhadap teman-teman. Ada satu peristiwa yang tidak dapat aku lupakan. Dan itu pula yang menyulut api kebencianku padanya. Suatu hari, saat aku masih duduk di madradah ibtidaiyyah, teman-teman sekelas mengejek diriku, hingga aku menangis. Tak kuasa menyaksikan anaknya menjadi bulan-bulanan ejekan, ibuku bergegas datang menghampiriku. Memelukku dan mengusir anak-anak yang mengerubutiku. Perbuatan ibuku itu justru membuatku semakin malu. Mengapa ia melakukan hal itu di hadapan teman-temanku? Mengapa ia harus muncul dan menjadikanku bahan tertawaan mereka? Akan tetapi, aku berpura-pura tidak mengenalnya. Lalu menatap tajam ke arahnya dengan penuh kebencian! Namun ibuku hanya diam dan tidak menjawab. Yang aku khawatirkan pun terjadi. Keesokkan harinya salah seorang murid berseru lantang, “Ooh, itukah ibumu yang hanya memiliki satu mata!??”. Seruan itu pun disambut gelak tawa dan ejekan teman-temanku. Sungguh memalukan. Dendam kesumat terhadap ibu yang menjadi sebab aku diolok-olok semakin membara.Mulai saat itu aku sangat ingin mengubur ibuku hidup-hidup. Atau mengusirnya jauh dari kehidupanku.


Pernah suatu hari aku datang menghadapnya. Menatap tajam seraya membentak: “Engkau telah menjadikan aku bahan tertawaan. Mengapa engkau tidak segera mati saja??!! Akan tetapi, sekali lagi ia hanya diam dan tidak menjawab. Nampak pancaran kasih sayang dari keteduhan pandangannya. Saat itu aku tidak lagi berpikir sehat tentang apa yang aku katakan padanya. Aku tidak ragu akan keberanianku itu. Dan aku pun tidak mau tahu bagaimana perasaannya saat itu. Bahkan, ingin sekali aku pergi sejauh-jauhnya agar tidak melihat wajah ibuku.Tahun bergulir bersama kebencian hatiku terhadap ibu. Tak terasa aku telah menyelesaikan tingkat aliyah, dan mendapat beasiswa kuliah di Singapura. Begitu girang hatiku menyambut hal itu. Aku bisa menjauh dari ibu yang membuatku selalu merasa malu dan minder. Karena ibuku hanya seorang wanita miskin bermata satu. Tidak ada yang dapat dibanggakan darinya. Segera aku pun bertolak menuju Singapura dibawah tatapan berat ibuku. Memulai hari-hari kuliah di sana. Tak ada lagi ejekan dan hinaan orang-orang terhadapku… Setelah tamat kuliah dan bekerja, aku menikah dengan seorang wanita Singapura dan membeli rumah di sana. Dari hasil perkawinan kami, lahirlah anak-anak yang lucu. Sungguh kehidupanku kini begitu tenang dan bahagia. Suatu hari, tiba-tiba wanita bermata satu itu datang ke rumahku. Alasannya, ia begitu rindu terhadapku dan juga kepada cucu-cucunya. Sebab, jujur, sejak menginjak Singapura aku tidak pernah lagi pulang menjenguknya. Komunikasi kami hanya sebatas surat menyurat. Itu saja. Aku sengaja berdiri di depan pintu. Anak-anakku mulai tertawa dan mengejek wanita itu. “Mengapa engkau begitu berani datang dan membuat anak-anakku ketakutan??! Keluar dan pergi saat ini juga… “. Bentakku. Tenang ia menjawab: “Maaf, kayaknya saya salah alamat”. Lalu ia berpaling setelah sempat tersenyum padaku dan anak-anakku.Beberapa hari berselang, datang undangan dari sekolah, untuk acara temu alumni madarsah aliyah tempatku belajar dahulu. Itu artinya, aku akan bertemu ibu juga. Aku pun harus berbohong pada istriku. Bahwa kepergianku ini untuk urusan pekerjaan. Bukan untuk menghadiri temu alumni tersebut. Setelah acara pertemuan selesai, aku bergegas menuju rumah ibuku, sekedar melihat dan mengetahui keadaannya. Rumah itu masih seperti dulu. Tidak ada perubahan. Cuma di sana sini nampak kayu-kayu usang dimakan rayap. Aku mendorong pintu dan masuk. Namun rumah tua itu kosong. Senyap. Tak ada siapa pun di dalamnya. Seluruh barang-barang milikku waktu kecil masih tertata rapi. Bahkan mainan hasil rautan tangan ibuku pun masih ada dipojok sana. Tapi aneh. Mengapa rumah ini sunyi? Dimanakah ibu? Setelah berkeliling sejenak, tiba-tiba seorang masuk. Ia adalah tetangga sebelah rumah. Lama ia menatapku. Setelah yakin apa yang dilihat, ia pun berujar, “Ibumu telah meninggal kemarin sore…”. Anehnya, tak ada setetes air mata pun yang menitik..!!


***
Tanah kuburan itu masih merah. Angin bertiup lembut mengelus lembut wajahku. Aku berdiri sejenak, hanya untuk “berpamitan” pulang. Walau sebenarnya ada secuil sedih kehilangan wanita itu. Sebuah tangan menyentuh pundakku dari belakang. Ternyata ia adalah tetangga sebelah rumah yang tadi mengabarkan kepergiaan ibuku. “Ibumu tidak meninggalkan apa-apa nak. Ia hanya berpesan, jika engkau datang agar diberikan surat ini padamu”. Ujar laki-laki paruh baya itu seraya menyodorkan sebuah surat lusuh.

Aku membuka dan membaca isinya: “Anakku tercinta, sungguh hati ini begitu berat menanggung rindu padamu. Pikiranku begitu kacau memikirkan keadaanmu. Ibu minta maaf atas kunjungan ibu dahulu ke Singapura yang membuat anak-anakmu takut. Yang ibu lakukan itu hanya lantaran begitu rindu padamu. Sungguh, ibu begitu bahagia mendengar bahwa engkau akan datang menghadiri reuni sekolah itu. Akan tetapi ibu minta maaf, ibu tidak bisa lagi bangkit dari tempat tidur untuk melihatmu wahai anakku. Oh ya, ibu juga ingin minta maaf sedalam-dalamnya jika selama ini ibu membuatmu malu dan minder. Sungguh, berjuta-juta maaf ibu haturkan padamu. Tahukah engkau wahai anakku… waktu engkau masih kecil dulu, terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa ayahmu dan merampas salah satu matamu?? Sebagai seorang ibu, aku tidak tega melihatmu besar hanya dengan satu mata. Karenanya, … ibu berikan engkau salah satu mata ibu. Sungguh ibu sangat bahagia dan bangga, sebab engkau tumbuh dewasa dengan mata normal dan dapat menyaksikan dunia ini dengan kedua matamu… Cintaku selalu untukmu…ibumu..!.

Secarik kertas yang telah basah dengan air mataku itu terasa berat. Berat sekali. Lututku goyah dan lemas. Aku jatuh berlutut di hadapan pusara yang masih merah itu. Seumur hidupku, baru kali ini aku menangis dan merasa kehilangan ibu. Dadaku sesak menanggung beban penyesalan yang sangat. Namun semua sudah terlambat. Penyesalanku ibarat buih yang hancur berkeping terbentur karang yang kokoh…

Minggu, 12 Desember 2010

INDIGO AWARDS 2010




Agnes Monica swept 3 awards on  2010 INDIGO Awards they are Best Female Singer, Song Of The Year and Artist Of The Year. Surprisingly, she won a lot tonight because of "Karena Ku Sanggup" a single which she wrote together with Andi Rianto. Sadly, she couldn't join the event since she has schedule on Surabaya. But, she still managed to send out a thank you video for her winning. Congratulation to Agnes Monica you really deserve it.

Delapan Lady GaGa Diluncurkan di 8 Kota Besar Dunia

Sekarang fans Lady GaGa di seluruh dunia tidak perlu terbang ke Amerika untuk menemui fansnya. Setelah dijanjikan cukup lama, akhirnya delapan 'kembaran' GaGa diluncurkan di Museum Madame Tussauds di delapan kota besar dunia.
Patung lilin yang sangat menyerupai aslinya ini diletakkan di London, Berlin, New York, Las Vegas, Hollywood, Amsterdam, Shanghai, dan Hong Kong pada Kamis (9/12) kemarin. Setiap patung lilin yang dipamerkan di delapan kota ini pun tampil dengan gaya yang berbeda.
Figur GaGa yang ada di London mengenakan kostum Giorgio Armani dan topi berbentuk telepon oleh Philip Treacy seperti yang dikenakannya awal tahun ini. Sedangkan, GaGa yang 'tinggal' di Berlin mengenakan pakaian tembus pandang hitam dengan boots dan sunglasses.
Patung GaGa yang ada di New York sangat mirip dengan penampilannya yang mencengangkan dengan rambut yang ditata mirip topi pelindung matahari. Kostum GaGa di Las Vegas akan sangat sesuai dengan Vegas yakni gaun kulit ketat one-shoulder dengan platform shoes raksasa khas GaGa.
Yang menarik dari figur GaGa di Shanghai adalah tato hitam yang dipasang di satu mata dan menutupi sebagian wajahnya. Tak jauh, GaGa tampil dengan rambut pirang super lurus di Hong Kong. Dan yang terakhir, di Amsterdam, GaGa mengenakan blazer putih dan topi ungu tinggi seperti sarang lebah. Spesial!

Inilah ke Delapan Lady GaGa itu ...








Sabtu, 11 Desember 2010

TAHUN PERTAMA DI FKG : PART 1

Setelah dinyatakan lulus sebagai mahasiswa baru FKG UGM 2010 , kegiatan perkuliahan pun dimulai . Setelah menjalani masa PPSMB yang cukup melelahkan (karena bertepatan dengan bulan Ramadhan) , kuliah perdana pun dimulai tanggal 23 Agustus 2010 . Saat itu perasaan deg-degan dan takut cukup menghantui diri . Karena masih sangat baru di lingkungan baru dan bertemu dengan teman-teman baru , proses adaptasiku masih cukup kurang lancar . Aku hanya akrab dengan beberapa orang yang memang sudah cukup familiar denganku , terutama kelompok masa PPSMB . Tapi itu tidak menjadi masalah . Kuliah perdana waktu itu adalah Ilmu Kimia , pelajaran yang bisa dibilang bukan ‘gue banget’ . Tapi ada beberapa orang yang bilang kalo kuliah itu santai , dan emang santai banget kalo aku bilang . Dosen cuman ngejelasin doank trus kita menyimak , ada beberapa yang nyatet , ada yang sibuk dengan kegiatannya sendiri , dan saya sendiri hanya memasang ekspresi sok ngerti . Hahahaha .
Kuliah di pelajaran berikutnya pun sama aja . Setelah itu kita semua para maba disibukkan dengan pengisian KRS atau gaulnya KRS-an . Hehehe . Jadi KRS itu adalah Kartu Rencana Studi yang wajib di isi sebagai syarat kita bisa mengikuti mata kuliah di semester tertentu . Untuk semester 1 sendiri , kita masih di kasi paket-an . Jadi belom bisa milih mata kuliah apa aja yang mau kita ambil . Semuanya udah di tentukan oleh bagian akademik . Dan untuk semester 1 sendiri kita harus menyelesaikan studi sebanyak 19 SKS . Untuk 1 SKS sendiri terdiri dari 50 menit proses tatap muka , dan untuk kita pun di suguhi 13 matakuliah yang beberapa ada yg 2 SKS , selebihnya 1 SKS . Selain ngurusin KRS kita juga sibuk mondar-mandir RSGM untuk nyari DPA atau Dosen Pembimbing Akademik , kalo di SMA itu seperti wali kelas . jadi mereka yang akan membimbing kita selama masa studi kita di FKG . Dan DPA saya berasal dari Bagian Orthodonsia bareng dengan 2 teman saya Tantia dan Ira . Jadi klo kita punya problem dengan kuliah , DPA lah tempat kita mengadu . Hehehe . Mereka sama seperti orang tua kita sendiri di kampus .
Hari-hari kulalui seperti para mahasiswa yang lainnya . Dan untuk di awal-awal bisa dibilang kita seperti mahasiswa Kupu-kupu (kuliah-pulang , kuliah-pulang. Hohoho) . Belum begitu banyak kesibukan yang berarti , apalagi ngerjain tugas yang berat-berat . Kalo saya bilang sih kuliah di FKG untuk semester 1 masih seperti zaman SMA kemarin . Cuman bedanya kuliah ‘terlalu’ santai . Oh iya , untuk angkatan 2010 sendiri terbagi menjadi PDG 2 kelas (Ganjil dan Genap) dan IKG 1 kelas . Saya sendiri berada di kelas ganjil dan menjabat sebagai ketua kelas , sedangkan di genap ketua kelasnya Ferry , dan ketua angkatan 2010 adalah Aii . Heheheh . Menjadi ketua kelas bisa dibilang cukup sulit karena harus bisa ngafalin 1 kelas yang terdiri dari 70 orang dan harus sering-sering berkomunikasi dengan dosen-dosen yang akan mengajar . Tapi yang namanya tanggung jawab dan amanah yaa di jalankan dengan ikhlas dan dibawa enjoy . heheh .
Setelah menjalani masa kuliah sebulan , salah satu organisasi yang ada di fakultasku mengadakan open recruitmen untuk mencari anggota baru . Saya pun mencoba untuk mendaftarkan diri karena dari SMP saya sudah berhubungan dengan yang namanya dunia organisasi , jadi di kuliah pun tetap saya ikuti untuk tetap mengasah softskill saya . Saya mendaftarkan diri di dua pilihan yaitu pertama : Departemen Pengembangan Minat dan Bakat dan yang kedua : Departemen Pengabdian Masyarakat . Prosesnya ngga terlalu ribet , hanya mengikuti prosedur pendaftaran dan mengikuti wawancara dengan pengurus nya . Dan besoknya diumumkan , dan alhamdulillah saya terpilih di pilihan pertama saya , yaitu Dept.Pengembangan Minat dan Bakat . Setelah terpilih kita pun harus mengikuti yang namanya Open House yaitu perkenalan dengan pengurus lama .
Sekarang kesibukan mulai bertambah , selain berkuliah harus berorganisasi juga . Tapi semuanya diusahakan tidak saling mengganggu dan kalau bisa berjalan seimbang . Setelah itu , dari departemenku memberikan job pertama yaitu menjalankan program kerja DENTAPLEX yang merupakan proker rutin dari PMB itu sendiri tiap tahunnya . Saya pun di pilih untuk menjadi ketuanya dan harus merekrut teman-teman satu angkatan untuk membantu berpartisipasi sebagai panitia . Jadi bisa dibilang acara ini merupakan acara perdana angkatanku . Saya cukup senang karena beberapa teman mau membantu dengan sukarela sehingga waktu bisa dimanfaatkan dengan baik . Untuk cerita tentang DENTAPLEX lebih lanjut akan saya ceritakan di postingan saya nanti yaa . Itulah awal-awal kuliah di FKG . masih ada beberapa cerita lagi tapi saya cukup ngantuk untuk melanjutkan cerita saya . Nanti akan saya sambung lagi di Part 2 .

Senin, 06 Desember 2010

Ketika Calon Dokter Gigi Harus Sakit Gigi

Sakit gigi . Ya . Banyak orang yang membenci penyakit ini , bahkan ga ada yang mau terkena penyakit ini karna sakitnya yang super duper minta ampun sakitnya . Bahkan ada sebuah lirik lagu ... lebih baik sakit hati , daripada sakit gigi ini ... Hmm , memang sakit gigi itu berjuta rasanya . Hahaha . Kali ini saya akan bercerita tentang pengalamanku yang terjadi kemarin , bahkan masih terjadi hingga saya sedang menulis postingan ini .

Well . Sebetulnya sejak SMA dulu , gigi geraham bawahku atau M2 sudah berlubang , cuman maklum saja di daerahku belom ada dokter gigi yang terpercaya , dan rasa malas yang hinggap di diriku membuatku malas untuk memeriksakannya . Ketika pertama kali tiba di Yogyakarta , saya sebenarnya sudah niat untuk memeriksakan gigiku ini . Tapi ... lagi lagi MALAS . hahaha :D . Hingga akhirnya puncaknya saat temanku , Lina , hendak menambal giginya yang berlubang . Tiba-tiba seolah mendapat angin segar , saya pun bersemangat untuk melakukan hal yang sama . Lalu kami pun bergegas menuju ke RSGM FKG UGM . Tapi sebelum itu , saya terus mewawancarai Lina bagaimana rasanya gigi di tambal . Maklum , saya terakhir berhubungan dengan dokter gigi saat kelas 2 SD . Hahaha . Jadul banget yaa . Setelah menunggu sekian lama , akhirnya giliran saya pun tiba . Deg-degan ? Pastinya . Tapi ngga sampe yang gimana banget yaa . Cuman agak gemetaran dikit . Setelah berdiskusi dengan dokternya , saya pun di suruh duduk di kursi pemeriksaan . Rasa takut itu semakin memuncak , apalagi saat melihat alat-alat yang nantinya akan saya gunakan juga kalo udah jadi dokter gigi (Amin) . Dokter pun mulai membersihkan gigi saya , dan dokter nya sempat terkejut karna melihat lubang gigi saya yang udah membentuk 'kawah' . Grrr serem banget ngga sih . Lalu gigi saya mulai di laser atau di bor . Ternyata enak juga . Agak agak dingin gimana gitu . Hahahaha . Lalu dokternya memberikan tambalan ke gigi saya yang berlubang itu . Agak sakit sih , apalagi sedikit mengganjal dan cukup mengganggu penampilan , apalagi warnanya merah muda . Lalu dokternya menyarankan untuk kembali memeriksakan gigi saya 3 hari berikutnya untuk mengganti tambalan sementaranya . Hewh . Kirain udah , ternyata masih harus ke dokter gigi lagi . Nasib nasib . Ckckck .

Tiga hari kemudian saya kembali ke RSGM untuk melanjutkan perawatan . Kali ini dengan dokter gigi yang berbeda tapi sudah tau tentang riwayat medis saya (ya iyalah , kan ada rekam medisnya) . Nah untuk yang kali ini saya agak sedikit bete karena antrian yamg cukup panjang , sehingga saya harus bersabar . Setelah menunggu selama +/- 2 jam , giliran saya pun tiba . Setelah berdiskusi sebentar dengan dokternya , saya pun menuju ke dental chair . Untuk kali ini saya sudah ngga takut lagi , malah ketagihan . Hahahah . Setelah membersihkan tambalan yang lama , dokternya kemudian memasang tambalan yang baru . Tapi sebelum itu , saya harus di foto rontgen dulu , untuk mengetahui seberapa dalam lubangnya . What ??? Rontgen ??? Waah , untuk yang ini saya takut , karena sebelumnya ga pernah di rontgen . Lalu saya menuju ke ruang radiologi untuk di foto (bukan foto studio yaa) . Eh , ternyata ngga lama , tapi agak sakit karena kertas fotonya dimasukkan ke dalam mulut saya :'( . Setelah menunggu , hasilnya rontgennya pun jadi . Dan saya cukup terkejut karena ada gigi yang impaksi , meskipun belum tumbuh . OH MG , betul-betul menderitanya gigi saya ini . Lalu dokternya menjelaskan hasil rontgennya , bahwa ternyata lubang gigi saya udah hampir mengenai akar gigi saya , yang jika tidak dilakukan tindakan akan berpengaruh terhadap saraf-saraf di gigi bahkan otak . Lalu dokternya menyaran kan untuk dilakukan perawatan endodontik atau perawatan saluran akar dengan biaya yang ga begitu mahal . Dokternya meminta saya untuk di endo , 3 hari kemudian . 
Tapi , bukan pasien namanya kalo ngga bandel . Saya tidak mengindahkan anjuran dokter . Sebenarnya saya niat , tapi harganya itu loh . Saya pun mulai mencari-cari kenalan koass untuk di endo , namun sayangnya koass ngga bisa , karna mereka hanya melakukan perawatan akar tunggal saja . Saya pun di sarankan untuk mencari residen saja (bukan residen apartemen yaa , tp dokter gigi yang sedang pendidikan spesialis) . 

Seminggu pun berlalu . Saya mulai merasakan sakit yang amat sangat pada gigi saya yang ditambal . Saya mulai berpikir gimana caranya biar sakitnya ngga seperti ini . Saya pun mencoba meminum obat penahan rasa sakit , saran dari teman saya . Tapi ngga begitu ampuh karna hanya sebentar . Kemudian saya berpikir , gimana kalo giginya dicabut saja . Pilihan yang cukup sulit . Saya pun mulai mencari dokter gigi yang lain (bukan di RSGM) . Saya coba ke sebuah klinik , tp sayangnya harga cabut 1 gigi = 200rb . Saya pun mengurungkan niat . Lalu saya mencoba ke sebuah puskesmas di daerah Maguwo , RingRoad Utara . Saya berpikir harganya jauh lebih murah dan merakyat . Hehehe . Saya pun tiba di puskesmas dan langsung menunggu di ruang tunggu . Sekitar 15menit , saya pun di panggil ke ruang periksa . Saat itu saya takut . Sangat takut . Bayangkan saja , gigi saya akan di cabut . dan nantinya saya akan memakai GTC ( Gigi Tiruan Cekatan ) . Kasihan skali gigi ini . Tapi untungnya dokternya tidak langsung melakukan tindakan itu . Sang dokter hanya mengganti tambalan gigi yang lama dengan tambalan yang baru dan ini masih sementara , karna masih akan dilakukan observasi dulu . Setelah itu di beri obat oleh sang dokter . Obatnya sih sama dengan yang saya minum , untuk menahan rasa sakit . Dan hingga detik ini , sakit gigi saya belum berakhir . Apakah sebelum menjadi dokter gigi harus merasakan sakit gigi dulu ? Tergantung . Saran saya untuk pembaca sekalian , kalau punya gigi yang berlubang sekecil apapun segeralah ditambal , kalo tidak nanti nasib anda akan sama seperti saya . Cintailah Gigi dan Diri Anda :)